Cigondewah ini terletak di kecamatan Bandung Kulon, tepatnya di daerah Bandung Selatan. Nama Cigondewah sendiri itu berasal dari dua kata yang berarti “ci” itu air sebagai sumber kehidupan sedangkan “gondewah” artinya busur panah sebagai proses pencarian kerabat. Kawasan ini dimanfaatkan oleh para penduduk sekitarnya sebagai mata pencaharian untuk kehidupan mereka. Di kawasan ini rata-rata semuanya berjualan kain, dari mulai sprei, katun, tissue, grey, brukat, satin, kain muslim, kaos, kain gamis, kain soga, parasit, bahan-bahan kebaya, bahan celana stelan, levis, korduroy, jaket, jeans, kain kerudung, tuis, bosswa.
Tapi bagaimana Cigondewah bisa menjadi sentra panjualan kain? Dialah H. Aep, salah seorang warga Cigondewah yang boleh dibilang menjadi pelopor usaha jual beli kain di kawasan itu. H. Aep yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SD itu, mengawali usaha jual beli kain pada tahun 1990. Ketika itu, dengan modal 10 juta, ia cukup jeli dengan peluang yang ada. Potongan-potongan kain sisa produksi ia kumpulkan untuk di jual kepada pengrajin topi dan tas di sekitar kawasan Cigondewah. Kegigihannya berbuah manis. Potongan kain yang ia jual selalu habis tiap harinya.
Tidak puas sampai disitu, H. Aep mengumpulkan semua keuntungannya untuk menambah modal. Alhasil ia mampu maningkatkan hasil usahanya menjadi jual beli kain utuh yang dibelinya dari pabrik di kawasan jalan Moh. Toha, Majalaya, bahkan kain impor dari Korea. Ia mendapat bantuan modal dari BRI sebesar Rp. 5 juta.
Dengan tambahan modal itu, usaha H. Aep berkembang pesat, terutama ketika seorang konsumen dari Kudus (Jawa Tengah) memesan kain dalam jumlah besar. Setelah itu banyak pesanan dari luar kota lainnya. Ketika itu H. Aep mampu meraup keuntungan 2-3 juta setiap harinya.
Dari usaha tersebut H. Aep kemudian membeli sebidang tanah seluas 14 x 14 m, senilai Rp 30 juta. Dari situ usahanya terus berkembang sampai ia berhasil menunaikan ibadah haji pada 1997.
Seiring dengan perjalanan waktu, Cigondewah berubah mejadi sentra yang dinilai pemerintah kota Bandung berpotensi untuk dikembangkan. Jumlah pelaku usaha di kawasan ini pun menjadi banyak. Pada tahun 2007, tercatat ada sekitar 400 unit usaha yang bergerak diperdagangan. Omzetnya pun tak tanggung-tanggung mencapai sekitar Rp 9,38 miliar/bulan.
Dapat disimpulkan dengan usaha yang keras dan melihat peluang usaha yang ada, kawasan yang dahulunya lahan pertanian, kini dapat besalin rupa menjadi sentra penjualan kain yang beromzet miliaran rupiah. Dan diharapkan pemerintah kota Bandung bisa dapat lebih memperhatikan potensi pasar ini, apalagi dengan kondisi terakhir jalan yang sudah rusak dan sarana dreinase yang minim sehingga apabila hujan lebat, air menggenangi hampir seluruh badan jalan.
Kamis, 15 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar